Pria yang jatuh pingsan di depan sebuah klinik laboratorium di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (26/3/2020) kini berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Kepala Unit Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Iwan Setiawan menyebut status tersebut diberikan setelah pria tersebut menjalani pemeriksaan di rumah sakit dan menunjukan gejala terinfeksi virus corona atau Covid 19. "(Status PDP) dipastikan setelah ke rumah sakit. Jadi dari pemeriksaan rumah sakit memang dia PDP," ucap Iwan Setiawan, Jumat (27/3/2020).
Dijelaskan Iwan, pihaknya awalnya mendapat informasi adanya seorang pria tergelatak di depan laboratorium kesehetan di Tebet, Jakarta Selatan. Petugas AGD yang memberi pertolongan pun menyadari pria berusia 19 tahun itu mengalami gejala mirip corona. Untuk itu, mereka mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap saat mengevakuasi pria tersebut.
Proses evakuasi petugas dengan APD lengkap ini pun sempat menggegerkan warga Tebet, Jakarta Selatan. "Sebetulnya di lapangan pun bisa kita lihat ada gejala demam dan sesak. Tapi yang pasti setelah masuk rumah sakit (gejala corona) lebih jelas," ujarnya saat dikonfirmasi. Lantaran mengalami gejala mirip corona, pria tersebut pun langsung dirujuk ke RSUD Pasar Minggu setelah sebelumnya sempat menjalani pemeriksaan di RSUD Budhi Asih.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang pria dikabarkan jatuh pingsan di depan sebuah klinik laboratorium di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (26/3/2020). Peristiwa itu sempat direkam melalui kamera video salah satu warga. Dalam video itu, pria tersebut tergeletak di depan pintu masuk klinik.
Sementara, dua petugas medis terlihat mencoba memberikan pertolongan pertama. Mobil ambulans juga terlihat di area parkir. Kapolsek Tebet Kompol Alam Nur membenarkan peristiwa itu.
Ia mengatakan, pria itu datang ke klinik sekitar pukul 15.15. Namun, jelas Alam, pria tersebut tiba tiba terjatuh setelah menaiki beberapa anak tangga. "Dia datang naik otoped. Begitu naik tangga, pingsan langsung jatuh. Langsung nggak gerak," ujar Alam saat dikonfirmasi, Kamis (26/3/2020).
Kabar soal pria yang tergeletak di Tebet ini pun langsung diklarifikasi Dinkes DKI. Kepala Unit Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinkes DKI Iwan Setiawan mengatakan, pria tersebut berstatus warga negara Indonesia (WNI). "Laporan dari petugas lapangan, pasien ini WNI," ucapnya saat dikonfirmasi, Jumat (27/3/2020).
Jika menderita batuk kering, kelelahan, dan demam, ada indikasi kamu mungkin menderita COVID 19. Namun, perlu diketahui ada banyak persamaan antara gejala pilek, flu, dan Covid 19, mungkin sulit dibedakan. Ketiganya disebabkan oleh virus dengan infeksi yang berbeda beda.
Adasatu perbedaan utama yang mungkin terlihat, yakni pasien yang terinfeksi coronavirus akan mengalami sesak napas. Sesak nafas adalah tanda umum Covid 19 yang terjadi sebelum pengembangan pneumonia. Umumnya, flu atau influenza tidak menyebabkan sesak napas, kecuali jika sudah berkembang menjadi pneumonia.
Influenza juga memiliki gejala yang sama denganCovid 19, tetapi sesak napas influenza biasanya tidak separah Covid 19. Dalam kasus Covid 19, sesak napas sering terjadi 5 sampai 10 hari, setelah tanda pertama yaitu demam. "Gejala Covid 19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering."
"Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, atau diare," menurut Sumber Tepercaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Gejala Covid 19 biasanya muncul 2 hingga 14 hari setelah paparan. Namun, ada beberapa orangyang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan terlihat sangat sehat.
Orang orang dengan gejala seperti ini tetap bisa menularkan virus bagi orang sekitarnya,bahkan jika mereka tidak merasa sakit. Coronavirus, sebenarnya lebih terkait erat dengan flu daripada influenza. Hal itu karena gejala khas Covid 19 lebih mirip dengan flu (demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, sakit otot atau tubuh, sakit kepala, kelelahan.
Sementara itu influenza memiliki gejala pilek atau hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, hidung tersumbat, sakit ringan, sakit kepala ringan, bersin, demam ringan, malaise. Dalam hal membedakan antara flu dan Covid 19, hampir tidak mungkin untuk membedakan. Itulah sebabnya orang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan, sehingga dapat meminimalkan risiko.
Demam, sakit tubuh, batuk, bersin semua bisa dikaitkan dengan mereka berdua, jadi itu benar benar berarti bahwa jika ada kekhawatiran terhadap flu, ada kekhawatiran untuk Covid 19. Kasus Covid 19 yang ringan diperkirakan berlangsung sekitar 2 minggu. Hampir tidak ada yang meninggal karena flu biasa.
Influenza dapat menyebabkan antara 12.000 dan 61.000 kematian. Sementara Covid 19 berpotensi menyebabkan lebih banyak kematian, karena mudah ditularkan. Populasi tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit, dan komplikasi dalam kasus kasus serius mungkin termasuk pneumonia yang mengancam jiwa.
Jika kamu merasa sakit atau merasa telah terpapar Covid 19, ada abiknya untuk mengkarantina diri selama minimal 2 minggu. Gejala parah Covid 19 yang memerlukan perhatian medis termasuk kesulitan bernafas, nyeri atau tekanan yang terus menerus di dada. Selain itu, bibir atau wajah kebiruan, yang terakhir menunjukkan kekurangan oksigen dalam aliran darah.
Sekitar satu dari setiap enam orang yang mendapat Covid 19 sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki masalah medis mendasar, seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung, atau diabetes, akan lebih lemah jika terpapar Covid 19.